Archive for August 2010

IBOTO NI SIBOLIS

26 August 2010

Di sada minggu hobas be do angka ruas laho tu Marminggu tu gareja. Andorang so dipungka parmingguon, di na hundul be angka ruas dohot parhalado, tompu ma ro sibolis di jolo ni gareja i. Mamintor gaor ma. Na deba marsurak mardongan biar jala marlojong pasiding sibolis i.

Angka na so boi marlojong, dilojonghon ma sian bagasan. Ale adong sada halak na so olo haruar jala hot hundul tenang di bangkuna. Ndang adong biarna.

Songon na tarhalomong Sibolis i. Hebat ma amanta on ninna rohana. Dijonohi Sibolis i ma ibana huhut didok,

“ Ndang ditanda ho au?”

“Ba tangkas do hutanda. Sibolis do ho ndang i?” ninna ibana palan.

“Jadi, ndang mabiar ho tu ahu?” ninna sibolis i muse, huhut tamba gogo soarana.

“Ndang mabiar ahu!”

“Boasa ndang mabiar ho tu ahu?”

“Nunga marhasohotan ahu dohot ibotom di jabu 56 taon lelengna,” ninna amanta i.

Aut sura ina hian na hundul i, ra dohononna ma, “ nunga marhasohotan ahu dohot ‘laem” 56 taon”.

Ai ia tung sipata pe sibolison dongan saripe niba, boasa pola dohonon iboto manang lae ni sibolis atehe! Ai pasupasu ni Debata do dongan saripe.

BURRHUS FREDERIC SKINNER

26 August 2010

BURRHUS FREDERIC SKINNER

Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada 1904, dan meninggal pada 1990. Dia meraih gelar master pada 1930, dan gelar Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Kemudian dia mendapat gelar B.A. dari Hamilton College, New York.  Skinner kemudian mengajar di bidang psikologi pada 1936-1945 dan menulis buku The Behaviour of Orgnisme (1938). Konsep teoritis utama dari Skinner adalah radical behaviourism, yakni penolakan bahasa dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event.

Menurut Skinner bahwa aspek yang dapat diukur dan dapat diamati dari lingkungan, dari perilaku organisme, dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian ilmiah.

Perilaku Responden dan Operan

Skinner membedakan dua jenis perilaku : responden behaviour dan operant behaviour.  Unconditioned response adalah contoh dari perilaku responden karena respon ini ditimbulkan oleh stimuli yang tidak terkondisikan. Contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks.

Pengkondisian Tipe R dan Tipe S

Bersama dengan dua macam perilaku tersebut, ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian Tipe-S, juga dinamakan respondent conditioning, ataupun classical conditioning, disebut karena menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan dinamakan tipe R karena penekanannya adalah pada respon. Pengkondisian tipe-R disebut juga operant conditioning.  Dalam pengkondisian tipe-R, kekuatan pengkondisian ditunjukkan dengan tingkat respon , sedangkan dalam pengkondisian tipe-S, kekuatan pengkondisian biasanya ditentukan berdasarkan besaran dari respon yang terkondisikan.

Prinsip Pengkondisian Operan

Ada dua prinsip dalam pengkondisian tipe-R :

(1) setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan

(2) stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan. Dalam pengkondisian operan, penekanannya adalah pada perilaku dan pada konsekuensinya. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu yang menguatkan bagi suatu organisme yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi, dan kemudian segera memperkuat perilaku organisme tersebut.

Skinner Box

Adalah bagian terbesar dari setiap percobaan ayang dilakukan oleh Skinner.  Kotak berisi tuas yang akan menumpahkan makanan jika ditekan. Dengan demikian dapat diharapkan perilaku menekan tuas dari hewan tersebut.

Proses Pembentukan Perilaku

Adalah proses ketika perilaku yang diinginkan hendak dibentuk, yang pada awalnya selalu dibantu oleh pihak luar, ketika perilaku yang diinginkan belum tercapai, tetapi sudah memberikan respon yang dapat mengarahkan pada perilaku yang diinginkan. Dengan demikian, respon yang diberikan dapat semakin dekat dengan perilaku yang diinginkan. Pembentukan terdiri dari dua komponen, yakni differential reinforcement, yang berarti sebagian respon diperkuat dan sebagian lainnya tidak, dan succesive approximation, yakni fakta bahwa hanya respon-respon yang semakin sama dengan perilaku yang diinginkan lah yang akan diperkuat.

Pelenyapan Perilaku

Adalah proses penghilangan perilaku dengan cara melakukan pencabutan atau menghilangkan penguat dari setiap tindakan yang merupakan perilaku yang diharapkan. Semakin lama proses ini berlanjut, maka perilaku akan cepat hilang dari organisme tersebut.

Pemulihan Spontan

Ketika organisme yang pada awalnya telah melakukan perilaku yang diingikan oleh eksperimenter, dan kemudian diadakan proses pelenyapan, ketika organisme tersebut dikembalikan ke dalam kotak, maka organisme tersebut akan melakukan perilaku yang diinginkan itu tanpa perlu latihan lagi. Hal ini yang disebut dengan spontaneous recovery.

EDWARD LEE THORNDIKE

26 August 2010

Edward Lee Thorndike lahir di Wiiliamsburg, Massachusetts pada 1874, putra kedua dari seorang pendeta.

Konsep teoritis utama dari Thorndike adalah tentang Koneksionisme, yang menyebutkan bahwa assosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan merupakan sebuah ikatan/kaitan atau juga koneksi. Cabang-cabang asosianisme telah menunjukkan bagaimana ide-ide saling terkait, sehingga pendekatan Thorndike tersebut dianggap cukup berbeda dan dianggap sebagai teori belajar modern yang pertama.

Selecting and Connecting Theory

Menurut Thorndike, bentuk paling dasar dari proses belajar trial and error learning , atau yang disebutnya juga dengan istilah selecting and connecting. Dia mendapatkan ide dasar ini melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan hewan kedalam suatu perangkat yang telah ditata sedemikian rupa, sehingga ketika hewan tersebut melakukan suatu jenis respon tertentu, ia akan bisa keluar dari perangkat tersebut.

Thordike menyebutkan bahwa waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem. Setiap kesempatan adalah usaha coba-coba, dan upaya percobaan berhenti saat si hewan mendapatkan solusi yang benar. Dalam eksperimen dasar ini, Thorndike secara konsisten mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memcahkan masalah menurun secara sistematis seiring dengan bertambahnya upaya pecobaan yang dilakukan hewan; artinya, semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia akan memecahkan masalah.

Thorndike juga menyebutkan bahwa proses belajar bersifat incremental (bertahap), bukan secara insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain, belajar dilakukan dengan langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian yang mendalam. Berdasarkan risetnya juga, Thorndike juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Jadi, dengan mengikuti prinsip parsimoni, Thorndike menolak campur tangan nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan pengaitan dalam belajar. Penentangan terhadap arti penting nalar dan ide dalam belajar ini menjadi awal dari apa yang kemudian menjadi gerakan behavioristik di Amerika Serikat.

Thorndike juga memberikan pandangan bahwa semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti suatu proses belajar dengan kaidah yang sama. Pemikiran Thorndike tentang proses belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yang pertama adalah pemikiran sebelum tahun 1930 dan pemikiran sesudah 1930 yang banyak mengubah pandangannya.

Sebelum 1930

HUKUM KESIAPAN

Law of Readiness ini dikemukakan oleh Thorndike dalam bukunya yang berjudul The Original Nature, mengandung tiga bagian yang diringkas sebagai berikut :

1. Apabila suatu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka penyaluran tersebut akan memuaskan

2. Ketika suatu unit konduksi siap untuk menyalurkan, tatapi kemudian tidak menyalurkannya, maka akan menjengkelkan

3. Ketika suatu unit tidak siap untuk menyalurkan kemudian dipaksa untuk menyalurkan, maka akan menjengkelkan.

HUKUM LATIHAN

Law of Exercise terdiri dari dua bagian, yakni

1. Koneksi antara stimulus dan respon akan menguat ketika kedua-duanya dipakai bersamaan. Artinya, melatih hubungan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respon akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian ini disebut dengan Law of Use

2. Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan netral tidak dipakai. Bagain dari hukum latihan ini dinamakan Law of Disuse.

Thorndike medefenisikan peguatan sebagai peningkatan probabilitas terjadinya respon ketika stimulus terjadi. Jika ikatan antara stimulus dan respon menguat, maka saat stimulus berikutnya terjadi akan ada peningkatan probabilitas terjadinya respon tersebut. Jika ikatan melemah, akan ada penurunan probabilitas respon saat stimulus berikutnya terjadi. Hukum latihan menyatakan bahwa kita belajar dengan kita berbuat dan kita lupa karena tidak berbuat lagi.

HUKUM EFEK

Law of Effect adalah penguatan atau pelemahan dari sutau koneksi antara stimulus dan respon sebagai akibat dari konsekuensi dari respon. Jika suatu respon diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang memuaskan), kekuatan koneksi akan bertambah. Jika respon diikuti dengan annoying state of affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi akan menurun. Respon berganda Respon berganda adalah langkah pertama dalam semua proses belajar. Respon ini mengacu pada fakta bahwa jika respon pertama kita tidak memecahkan masalah maka kita akan mencoba dengan respon lain. Tentu saja proses belajar trial and error ini bergantung pada upaya respon pertama dan kemudian pada respon selanjutnya hingga ditemukan respon yang bisa memecahkan masalah . Set atau Sikap Merupakan pengakuan adanya hal hal yang perlu dibawa kedalam suatu proses belajar. Perbedaan individual dalam proses belajar dijelaskan melalui perbedaan dasar diantara manusia : warisan kultural atau genetik dan keadaan kontemporer seperti deprivasi, keletihan, atau berbagai kondisi emosional. Tindakan yang menyebabkan kepuasan atau kejengkelan akan bergantung pada latar belakang organisme dan keadaan temporer tubuhnya pada saat proses belajar.

Prapotensi Elemen

Menurut Thorndike, prepotency of elemen berarti pada aktivitas parsial dari suatu situasi. Hal ini mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur perilaku. Dengan melihat adanya kompleksitas lingkungan, individu pada umumnya hanya akan merespon beberapa elemen dari suatu situasi dan tidak memberikan respon terhadap situasi lainnya. Oleh karena itu, cara kita merespon terhadap suatu situasi akan bergantung pada apa yang kita perhatikan dan respon apa yang kita berikan untuk hal yang kita perhatikan tersebut. Respon dengan Analogi Adalah suatu proses pemberian respon terhadap situasi yang sebenarnya belum pernah dihadapi individu, namun situasi tersebut memiliki kesamaan dengan situsai lain yang telah pernah dihadapi individu tersebut. Jumlah transfer of training yang antara situasi yang kita kenal dengan yang tidak kita kenal dtentukan dengan jumlah elemen yang sama didalam kedua situasi tersebut. Pada 1906, Thorndike menyatakan bahwa tidak banyak bukti bahwa pendidikan dapat digeneralisasikan sedemikian mudahnya. Thorndike meyakini bahwa pendidikan akan menghasilkan keterampilan spesifik yang tinggi ketimbang keterampilan umum. Pergeseran Assosiatif Prosedur untuk menunjukkan pergeseran assosiatif dimulai dengan koneksi antara satu situasi tertentu dengan satu respon tertentu. Kemudian seseorang secara bertahap mengambil elemen-elemen stimulus yang merupakan bagian dari situasi awal, yang menurut teori elemen identik dari Thorndike, sepanjang ada cukup elemen dari situasi awal di dalam situasi baru, respon yang sama akan diberikan. Dalam hal tersebut, respon yang sama juga disampaikan melalui sejumlah perubahan stimulus dan kemudian dibuat untuk memicu kondisi yang sama sekali berbeda dengan kondisi yang diassosiasikan dengan respon awal. Thorndike setelah 1930 Revisi Hukum Latihan Thorndike secara esensial menarik kembali hukum penggunaan atau latihan, sebab pendapatnya yang menyatakan bahwa proses repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi, ternyata tidak akurat. Penghentian repetisi ternyata tidak melemahkan koneksi dalam periode yang cukup panjang. Meskipun demikian, Thorndike tetap berpendapat bahwa latihan praktis akan menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan menyebabkan naiknya tingkat kelupaan.

Setelah 1930

Revisi Hukum Efek

Hukum Efek hanya berisi separuh benar, yaitu bahwa proses yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat. Revisi hukum Efek menyatakan bahwa penguatan akan meningkatkan strength of connection (kekuatan Koneksi), sedangkan hukuman tidak memberi pengaruh koneksi. Belongingness Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar assosiasi ada faktor selain kontinguitas dan hukum efek. Jika elemen-elemen dari assosiasi dimiliki bersama, assosiasi diantara mereka akan dipelajari dan dipertahankan lebbih mudah ketimbang jika elemen itu bukan milik bersama. Hal tersebut dinamakan belongingness oleh Thorndike, yakni sifat-sifat suatu item yang erat hubungannya dengan, atau menjadi bagian integral dari item yang lain.

Penyebaran Efek

Thorndike menemukan bahwa keadaan yang memuaskan tidak hanya menambah probabilitas terulangnya respon yang menghasilkan keadaan yang memuaskan respon tersebut, tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya respon yang mengitari respon yang memperkuat itu. Keadaan yang memuaskan tersebut, menurut Thorndike akan menyebar dari respon yang diperkuat ke respon yang berdekatan dengannya, dan hal ini lah yang disebut dengan penyebaran Efek.

Pendidikan menurut Thorndike

Menurut Thorndike, ada hubungan yang erat antara pengatahuan tentang proses belajar dengan praktik pengajaran. Dia mengharapkan akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktik pengajaran.

Dibanyak tempat, pemikiran Thorndike bertentangan dengan gagasan tradisional mengenai pendidikan. Thorndike (1912) juga menganggap rendah teknik pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu populer. Thorndike menyatakan bahwa pengajaran yang baik mesti melibatkan pengetahuan atas semua hal yang akan diajarkan. Jika individu pengajar tidak tahu dengan pasti hal apa yang akan diajarkannya, maka dia tidak akan tahu respon apa yang hendak dicari, dan kapan dia akan mengaplikasikan penguatan.

Ada tujuh aturan Torndike yang mewakili saran-sarannya untuk pengajajaran umum :

1. perhatikan situasi yang dihadapi murid

2. pertimbangkan respon yang ingin anda kaitkan dengan situasi itu

3. jalin ikatan antara murid dengan pengajar

4. jika hal-hal lain tidak berubah, jangan jalin ikatan yang berpeluang akan diputuskan lagi

5. jika hal-hal lain tidak berubah, jangan menjalin ikatan lebih dari satu, jika satu saja sudah cukup

6. jika hal-hal lain tidak berubah, bentuklah ikatan dengan cara mereka harus melakukan tindakan

7. oleh karena itu, dukunglah situasi yang ada ditawarkan oleh kehidupan itu sendiri, dan dukunglah respon yang dituntut kehidupan itu.

Thorndike menyatakan bahwa tujuan pendidikan itu harus berada dalam jangkauan kapabilitas siswa, dan tujuan itu harus dibagi-bagi dalam unit-unit yang bisa dikelola sehingga guru dapat mengaplikasikan ‘keadaan yang memuaskan’ saat pembelajar (siswa) memberikan respon yang tepat. Proses belajar berlangsung dari mulai yang sederhana hingga ke yang rumit. Perilaku pembelajar terutama ditentukan oleh penguat eksternal dan bukan oleh motivasi intrinsik. Penekanannya adalah untuk memicu pemberian respon yang benar kepada stimuli tertentu. Oleh karena itu, ujian itu penting, karena bertujuan memberikan feedback kepada murid dan guru mengenai proses belajar. Jika siswa menguasai pembelajaran dengan baik, mereka akan dengan cepat diperkuat. Jika terjadi kesalahan respon, maka akan dikoreksi secara cepat. Sehingga ujian tersebut dilaksanakan secara berkala. Thorndike juga percaya bahwa proses belajar dapat ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan luar sepanjang dua situasi tersebut mirip. Proses pemberian suatu jenis pelajaran hanya akan dibenarkan jika pelajaran tersebut dapat membantu siswa untuk memecahkan problematika yang berkaitan dengan pelajaran tersebut saat mereka telah lulus sekolah.

RAPOT NI SIBOLIS

23 August 2010

MARRAPOT saportibi do sibolis, manangkasi angka ulaon nasida manegai roha nang parhuriaon ni halak Kristen.

“Boha do ulaon ni utusan na tu Purba (Timur) ?” ninna ulaon ni rapot.

“Marhasil do ulaonnami. Masiporangan disi, masiseatan, “ ninna mardongan las ni roha.

“Boha na tu Tano Jau?”, ninna muse.

“Mansai denggan do. Masiharatan do disi hubahen hami. Lalap do sude pasari-sari arta. Ndang apala diharingkotton disi parhuriaon,” ninna utusan na tu Tano Jau.

Sai songon i ma ganup utusan ni Sibolis i disungkun, sude marhasil manegai ngolu parhuriaon i.

“Na sia Pulo Sumbantra ma. Hubege mansai ribur do parminggu, ribur hian angka pesta natal. Hurang denggan do ulaon ni utusanta na tusi huroa,” ninna.

Alai dialusi utusan ni Sibolis na tu Pulo Sumbantra i ma, “Tutu do godang parminggu disi, tutu do ribur pesta natal disi. Alai boti do ulaonnami: holan ruhut parduru do i, di gareja mondok-mondok hubahen hami sude. Mura do marungut-ungut ruas, mura do marbada parhalado. Panitia Natal pe marbada do hubahen hami”.

Ndang ro dope utusan ni Sibolis sian angka di Pulau Sumatra, Nias, dohot Mentawai. Jadi, unang sanga marhasil ulaon ni Sibolis i di angka hurianta. Tahaburjuhon mamangihuthon Tuhanta jala mangalo angka bangko-bangko hasibolisonta.

BATAK DOHOT JAHUDI

21 August 2010

Dung mulak wisata rohani Ama Rohana sian Jerusalem, didok ma tu donganna sapunguan koor, “Godang do hasarupaan ni halak Batak tu halak Jahudi. Ra sian Jahudi do Batak manang sabalikna,  Batak sian Jahudi,” ninna ibana.

“Angka dia ma hasarupaanna?” ninna sahalak donganna sapunguan i manungkunhon.

“Angka pistar do halak Jahudi. Halak Batak pe na pistar do. Jarang do halak batak dohot halak Jahudi na boi dioto-otoi. Na paoto-otohon do adong sada-sada. Dung i muse, pangaranto do halak Jahudi. Halak batak pe songon i do, hira adong do di sandok portibi on. Angka na asing, taringot tu parianakhonon, paradaton dohot na asing, hira godang do hasarupaanna” ninna ibana.

Ditambai sahalak na asing ma patorangkhon, tutu do i, pangaranto do halak Batak dohot Jahudi. Jala tu na dua on ndang marlangku pandohan “ Di mana langit dijunjung di situ tanah dipijak”. Anggo di halak Batak dohot Jahudi, on do: “di mana langit dijunjung, di situ tanah digarap” ninna ibana.

“Anggo na huboto parasingan ni halak Batak do dohot Jahudi,” ninna na sada nari muse.

“Dia ma i?” ninna Ama Rohana, ala so apala diida ibana adong parasingan.

“Sude do hita umboto barita taringot tu na ditamuei Tuhan Jesus 5000 halak.  Sampulu dua ampang dipapungu lobina. Boasa lobi? Ala holan halak Jahudi disi na ro. Aut sugari adong halak Batak disi, ndang adong lobi i, ai masiboan palastikna be do,” ninna ibana.

Gabe mengkel ma nasida sude, mamarengkeli dirina sandiri.

Sasintongna, angka na burju do halak Batak, nang pe adong do tutu angka hahuranganna. Alai las ma rohanta ala dihaolongi Tuhanta do halak Jahudi dohot halak Batak, ro di sude tahe jolma tinompa ni Tuhanta. Holong ni Tuhanta i ma mangonjar rohanta mampareahi na dumenggan di ngolu on.

Classical Conditioning Theory

18 August 2010

Classical Conditioning Theory,  Oleh Ivan Pavlov

Ivan Pavlov adalah seorang ilmuwan psikologi berkebangsaan Russia yang lahir pada tahun 1849, dan meninggal pada tahun 1936. Teori ini berisi tentang sebuah usaha belajar yang pada awalnya di praktekkan pada binatang, tapi kesimpulan yang diberikan cukup dapat membantu manusia dalam usaha belajar.

Proses belajar yang lewat teori ini berdasarkan pada stimulus-stimulus dan respon, yang terdiri dari  : (1) stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus) yang akan menghasilkan respon otomatis atau alamiah; (2) respon yang tidak dikondisikan (unconditioned respon) yang merupakan respon alamiah; (3) stimulus yang dikondisikan ( conditioned stimulus), yang merupakan stimulus netral karena tidak menghasilkan respon alamiah. Ketika ketiga hal tersebut digabung dengan cara tertentu, maka akan menghasilkan conditioned response, (respon yang dikondisikan).

Proses penggabungan yang dilakukan oleh Pavlov dengan ketiga unsur tersebut adalah melibatkan larutan asam (sebagai unconditioned stimulus), air liur (sebagai unconditioned response pada anjing), dan suara (sebagai conditioned stimulus). Secara normal, suara tidak akan menghasilkan air liur. Namun ketika suara dipasangkan dengan larutan asam, suara tersebut dapat mempengaruhi anjing  mengeluarkan air liur. Perilaku konstan secara beberapa lama waktu, maka ketika suara dibunyikan walaupun tanpa kehadiran larutan asam, akan dapat membuat anjing mengeluarkan air liur pada anjing pada beberapa waktu.

Namun, bila secara terus menerus dilakukan proses mengeluarkan bunyi tetapi tidak menghadirkan larutan asam, proses pengeluaran air liur bisa berhenti. Hal ini disebut dengan Extinction (pelenyapan). Dalam hal ini, conditioned stimulus dapat dikuatkan kembali dengan pemberian unconditioned stimulus sebagai penguat (reinforced).

Setelah beberapa waktu sesudah proses pelenyapan terjadi, ketika anjing dihadapkan kembali dengan suara (conditioned stimulus) maka akan tetap ada respon dari anjing untuk mengeluarkan air liur, walaupun tidak sebanyak dan tidak selama ketika dipasangkan dengan larutan asam. Proses tersebut disebut pemulihan spontan (Spontaneous recovery).

Proses pengkondisian ini dapat dibuat secara bertingkat, yang disebut dengan Pengkondisian Tingkat Tinggi. Proses ini melibatkan 2 stimulus yang dikondisikan.  Bila stimulus yang dikondisikan yang pertama telah berhasil mengeluarkan respon, maka stimulus tersebut menjadi unconditioned stimulus bagi conditioned stimulus  yang kedua yang menghasilkan respon yang sama.

Dalam teori belajar ini, ada yang disebut dengan proses Generalization, yakni perilaku menganggap sama stimulus-stimulus yang mirip dengan conditioned stimulus. Contohnya adalah ketika larutan asam dihubungkan dengan lampu berwarna merah menyala, maka akan menghasilkan air liur. Bila dihadirkan lampu berwarna merah muda, anjing akan tetap mengeluarkan air liur, yang diakibatkan proses penggeneralisasian tersebut.

Namun ada juga proses yang disebut dengan Discrimination yakni proses memisahkan/membedakan stimulus yang dikondisikan dengna stimulus yang tidak berpengaruh sama sekali.  Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan proses latihan yang lebih lama ataupun penguatan differensial. Dengan cara melakukan pelatihan yang lebih lama, anjing dapat membedakan  stimulus yang dikondisikan, sehingga stimulus yang tidak identik tidak akan direspon oleh anjing. Yang kedua adalah dengan proses penguatan differensial. Proses penguatan differensial bertujuan untuk melakukan batasan-batasan stimulus yang dikondisikan yang mirip/identik. Ketika ada stimulus yang identik, maka hanya kepada stimulus yang diharapkan saja diberikan bersamaan dengan penguatan. Ketika proses berlangsung berulangkali, anjing dapat membuat batasan stimulus sehingga tidak memberikan respon kepada stimulus yang mirip, hanya kepada stimulus yang benar-benar menjadi conditioned stimulus.

Daftar Pustaka :

Hergenhahn, B. R. & Matthew H. Olson. (2009). Theoris Of Learning : Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana

Mago di Tingki 17 Agustus

18 August 2010

Di Parlilitan (ndang binoto manang naung masuk peta Indonesia i nuaeng) sai dipestahon do ulang tahun kemerdekaan Indonesia mamungka 16 tu 17 Agusutus. Mansai ribur do i, ala torop na ro marnida angka na marende, marsitumba dohot angka parlombaan.

Laho do Ama Halasan, Nai Halasan dohot anakna si ampudan tu pesta i. Ala mansai tabo sitontonon i huroha, lalap ma Ama Halasan dohot inanta i. Ndang diboto na so dilambungna be anakna na marumur 8 taon i. Dung masisungkunan nasida, ndang adong nasida na umbotosa tu dia anakna i. Mamungka ma inanta i holsoan mardongan biar. Huhut ma i muse ala masa barita na adong sitangko dakdanak di hatiha i. Gabe tamba ma biarna, sotung na mago anakna i.

Dipabotohon ma tu Panitia Ulang Tahun i, asa dipatubegehon sian mikropon na masa i. Dung manang piga hali dipatubegehon tu situan na torop, ndang marnadapot anakna i. Mamungka ma tumatangis inanta i, alai sai dipingkiri atik na mago anakna i. Ianggo amanta i, ndang tangis dope, gariada tarida hira na muruk do bohina.

Dung hira dua jom dapot ma dakdanak i. Parjolo do jumpangsa inana. Di boto hamu do songon dia pambaenan ni inanta i tu anakna i? Ra, di rohanta, pintor dihaol ma anaknai atehe. Hape, dagooo, parirna i, manigor ditait inanta i ma hurum ni anakna i tu ginjang mansai gogo. Pola do hira naeng maribak idaon. “Sian diiiiiiiiiiiiiiiia do ho, sude jolma loja dibahen ho,” ninna inanta i.

Tangis ma anakna i jala tarilu-ilu. Satongkin nari ro ma amnta i. Boha muse ma pambahenan ni amanta i? Dihaol do anakna i? songon i hian ma nian. Hape, amangoooooooooooooe, ditunjangi anakna i. Gabe tontonan nasida di ulang tahun Indonesia i. Pola do adong manang na piga na tumatangis marnida pambaenan ni amana i tu anakna i. (Ai Indonesia on penian jotjot do gabe sitontonon ala ni angka parbadaan atehe, sai muba ma nian tu joloan on).

Hape nian, ndang apala sala ni anakna i, natoras na i do na hurang jamot. Hape gabe sude ma taonon ni anakna i.

Hamu angka dongan, naeng mansai manat hita manghaholongi, marmuduhon, manogu-nogu dakdanak pinasahat ni Debata tu hita. Tangkas tapangido bisuk tu Tuhanta asa diparbisuhi hita manogunogu angka dakdanak. Ai boha bahenon, sasintongna pabaranihu do hita marhasohotan hape so hea tasingkolahon i.

Graciass..

Welcome..

17 August 2010

This is the first note at this blog…

Just enjoy this blog and all the note..
Graciass..

Hello world!

17 August 2010

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!