Archive for September 2010

PARTINAONAN NI KACA MATA

27 September 2010

“Didia kacamatanghu?”, ninna ompu si Balduin huhut lulululu.

Nunga mansai loja ibana mangalului, hape di saku bajuna do.

Mohop ma ateatena, didanggurhon ma kacamata i tu lante ni jabu i, huhut ditunjangi sahat ro di na maropuk.

Aut boi manghatai kacamata i, dia ma dohononna?

Ra dohononna do, “sudedo ndang tarjaga amanta on, kacamatana dohot ateatena”.

UBAT NI RIMAS

15 September 2010

Tarrimas do ama Soaduan ala sai marmeami boruna na metmet i hape ulaonna paias jabu ndang dianturehon. Mansai balga ma soarana manjou, gariada tarbege tu angka hombar jabuna.

Ro ma antong boruna i mardongan biar, ala diboto parrimas nautusan do amana i. Sian na dao nunga tumatangis boruna i.

“Bagus! Ndang hudok dope nunga diboto hasalaanna,” ninna roha ni ama Soaduan.

“Boasa tangis ho? Ala ni salam do ndang i?”

“Ndang, bapa!”

“Boasa do?”

“Ala sai torus mardongan muruk bapa. Ndang hupaias jabu, ala na leleng jala loja do ahu mangalului solop (sandal) ni bapa disarat-sarat panangga (B1 na mangolu). Sai hupingkiri hansitan ma annon panangga on lombuton ni bapa ninna rohangku, hape sandal i do na so pas di ingannanna.”

Gabe mulak do roha ni ama Soaduan. Bah, ndang huboto na mansai mura hape au tarrimas ninna rohana.

Robert M. Gagne

1 September 2010

Gagne’s Theory of Instruction

Ketika banyak terdapat teori-teori pembelajaran yang mengarah pada teori behaviorisme, maka terjadi pembatasan ruang lingkup. Dibutuhkan juga teori yang menyediakan metode dan kondisi belajar tertentu untuk suatu tujuan belajar tertentu. Hal yang terutama berkaitan dengan bagaimana cara peserta didik dapat memperoleh informasi sebagai sebuah pengetahuan. Walaupun ada banyak teori dan usaha, namun tidak mudah bagi pendidik untuk memunculkan keterampilan dan pengetahuan bagi para peserta didik, yang tidak mudah diamati.

Pada 1985, lahir Teori Gagne, yang menjelaskan tentang kondisi belajar. Dengan asal teori behavioris, teori Gagne menyatukan perspektif memprosesan informasi kognitif mengenai pembelajaran dan hal-hal empiris berdasar tindakan guru dan murid di dalam kelas. Teori Gagne juga merupakan kerangka dasar untuk desain terkemuka teori pembelajaran.

INSTRUCTIONAL PSYCHOLOGY, INSTRUCTIONAL THEORIES, INSTRUCTIONAL MODEL

Instructional Psychologist memusatkan perhatian pada cara bagaimana meningkatkan sistem belajar. Bagaimanapun juga, hal ini bergantung pada temuan riset psikologi dan pembelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran dan membuat keputusan tentang praktek instruksional. Ketika para instruksional psikologis menemukan instruksi dan prinsip-prinsip teori belajar, kemudian mengembangkan prinsip-prinsip tersebut dalam studi empiris, yang disebut teori instruksional. Oleh karena itu, tujuan dari teori instruksional adalah membuat ketentuan-ketentuan, yang menyediakan prinsip-prinsip untuk para pengajar dan para instruktor yang meyakinkan masalah belajar.
Metode yang efektif mungkin bisa dibantu dengan melakukan demonstrasi langsung, yang bisa diikuti latihan praktis kepada para siswa didik untuk memecahkan masalah. Namun, bagaimanapun juga, ada beberapa efek yang timbul dari berbagai dimensi. Latihan langsung mungkin terhambat oleh buku bacaan, catatan kerja yang mungkin menggangu oleh para pengajar, ataupun permasalahan yang timbul ketika proses pembuatan portofolio.
Panduan-panduan yang diberikan kepada para pengajar, disebut Instructional Model, yang berisikan langkah-langkah spesifik untuk menciptakan hasil-hasil belajar.

ROBERT M. GAGNE AND THE CONDITION OF LEARNING

Robert M. Gagne menerbitkan edisi pertama dari “The Condition of Learning” pada tahun 1965, dan edisi keempat pada tahun 1985. Pada saat itu, teori berkembang secara signifikan untuk berbagai perilaku, yang menunjukkan pengaruh kognitif yang dominan. Sebagaimana perkembangannya, Teori Gagne tergabung dalam tiga komponen besar : sebuah taksonomi hasil pembelajaran, hirarki konsep pembelajaran, dan konsep yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar.

A Taxonomy of Learning Outcomes

Antara psikolog kognitif dan neuroscientist, memberikan pengertian yang berbeda antara pengetahuan deklaratif dan prosedural. Pengetahuan deklaratif berarti pada pengetahuan yang faktual, dan pengetahuan prosedural mengarah pada kemampuan kognitif. Pada psikolog kognitif senantiasa menyelidiki pengetahuan kondisional, dan pengetahuan metakognitif yang selalu menyediakan bahwa para pelajar dapat dapat menentukan kapan dan bagaimana mengaplikasikan pengetahuan yang prosedural atau yang deklaratif.
Menceritakan dan menulis sesuatu merupakan perilaku dari jenis pengetahuan yang lain. Misalnya, untuk menulis apa pun, seorang pelajar harus mampu membentuk huruf yang sesuai dengan perangkat menulis. Jenis kinerja ini secara fundamental berbeda dari pengetahuan deklaratif, prosedural, atau kondisional, bahwa hal tersebut melibatkan penggunaan dan pergerakan otot. Secara umum, hal demikian disebut dengan kemampuan motoris, yang harus melibatkan komponen fisik. Walaupun terkadang tidak digunakan secara terus menerus, individu tidak akan melupakan bagaimana cara-cara melakukan tindakan-tindakan kemampuan motoris tersebut.
Sebagai tambahan kemampuan motoris dan kognitif, individu juga menampilkan kemampuan afektif. Adanya perasaan internal dari dalam individu yang mempengaruhi tindakan lain, inilah yang disebut dengan kemampuan afektif tersebut.

Menurut Gagne, ada 5 kategori besar mengenai hasil belajar : (1) informasi verbal, (2) kemampuan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kemampuan motoris.

Verbal Information ( Informasi Verbal )

Adalah penjelasan Gagne dari domain kognitif mengenai pengetahuan deklaratif. Merupakan bagian dari pengetahuan umum yang dibutuhkan para pelajar, bahkan ketika sedang berada di sekolah formal, di buku, di televisi, dan lain sebagainya. Proses pemecahan masalah tidak hanya sekedar kemampuan verbal, tetapi juga dipengaruhi kemampuan anak didik dalam menerapkan informasi yang relevan untuk memcahkan masalh itu sendiri.
Kemampuan verbal yang dimaksudkan oleh Gagne, dapat juga dikatakan sebagai penggabungan dari dua level pertama dari taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, yakni mengenai Pengetahuan dan Pemahaman. Terkadang anak didik melakukan proses memori (mengingat) tanpa mengetahui arti sebenarnya. Walaupun mereka mungkin dapat menceritakan kembali apa yang telah mereka baca, tapi mereka terkadang tidak dapat menyampaikannya dengan bahasa mereka sendiri. Dengan kata lain, ketika pada peserta didik melakukan proses pemahaman, dapat dilakukan dengan mengingat kata demi kata, ataupun dengan mengingat informasi apa yang hendak disampaikan kembali. Dengan demikian, informasi tidak lagi terbatas hanya pada ingatan tetapi berhubungan dengan konteks yang lebih luas dan ide-ide yang berhubungan. Dengan demikian, bahwa proses pemahaman jauh lebih baik dalam proses belajar ketimbang hanya melakukan proses mengingat.

Intellectual Skills (Kemampuan Intelektual)

Kemampuan intelektual ini berhubungan dengan yang dimaksud dengan pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan terbagi atas 5 subkategori, yakni : discrimination, concrete concepts, defined concepts, rules, and higher order rules. Gagne membagi kemampuan intelektual menjadi lima bagian, dipengaruhi pertumbuhan proses kerjanya dengan Hierarki Belajar, yakni adanya komponen-komponen pengetahuan yang harus dipelajari sebelum kemampuan yang utama, dimana kemampuan-kemampuan tersebut dapat dipelajari secara terpisah (Gagne, 1985). Hierarki itu sendiri berasal dari hasil analisis pada keterampilan terminal dengan sebuah prasyarat jangka waktu. Sebuah prasyarat membedakan sesuatu hal dengan hal lain secara konkrit, dapat menjadi landasan untuk proses identifikasi selanjutnya, yang kemudian mengarahkan peserta didik pada kemampuan akhir yang dibutuhkan. Contohnya adalah, anak didik terlebih dahulu untuk membedakan suatu bentuk yang merupakan segitiga dari antara tumpukan yang berisi juga bentuk persegi. Setelah dapat membedakan, maka kemudian anak disuruh mengidentifikasikan bentuk segitiga, dan sifat-sifatnya. Setelah itu, hasil akhir yang ingin dicapai adalah kemampuan anak mengidentifikasikan kembali contoh-contoh yang benar dari bentuk segitiga.
Perbedaan yang ada biasa disebut dengan prenominal, artinya, bahwa seseorang dapat mengatakan hal yang berbeda walaupun dia tidak melihatnya, tetapi hanya merasakan. Anak kecil dapat membedakan sentuhan yang lembut dan kasar, walaupun dia tidak dapat menyebutkan bagian yang mana yang lembut, ataupun yang kasar. Setelah proses “membedakan hal” dilakukan, kemudian proses belajar dapat dilanjutkan.
Beberapa konsep mungkin tidak dapat dijelaskan secara poin-poin umum, tetapi dapat diartikan melalui defenisinya. Gagne menyebutnya dengan deffenisi konsep, dan menyatakan bahwa para pelajar harus mengetahui berbagai defenisi-defenisi konsep, sebagai dasar atas proses pengklasifikasian. Terkadang defenisi konsep dinyatakan sebagai bagian tersederhana atas sebuah aturan,yang kemudian dibuat menjadi simbol-simbol untuk ditampilkan dan untuk digunakan oleh lingkungan dengan cara yang umum. Akhirnya, tingkatan tertinggi, dari aturan-aturan yang kompleks terbentuk dari kombinasi-kombinasi aturan yang sederhana, digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang kompleks juga.
Kemampuan intelektual yang ditunjukkan oleh Gagne, harus diaplikasikan untuk melihat urutan-urutan tingkah laku mulai dari pengenalan konsep dan aturan, penggunaan analisis, sintesis, proses evaluasi secara keseluruhan, bahkan hingga proses pemecahan masalah. Untuk menentukan proses mana yang lebih efektif dalam pemecahan suatu masalah, terlbih dahulu dilakukan proses analisa, melakukan proses generalisasi terhadap subproblem atau mengambil catatan penting masalah tersebut. Mengaplikasikan kombinasi dari beberapa rule (aturan), dapat memecahkan masalah secara sintesis.

Cognitive Strategies (Strategi Kognitif)

Kemampuan kognitif ini biasa diartikan dengan cara-cara yang digunakan oleh peserta didik untuk memandu pelajaran mereka, cara mereka berpikir, bertindak, ataupun merasakan sesuatu. Gagne menyatakan bahwa strategi kognitif menampilkan fungsi eksekutif atas sebuah kontrol dalam memproses informasi, dan hal itulah yang disebut juga dengan Pengetahuan kondisional. Sebagai contoh, peserta didik menggunakan strategi kognitif tersebut untuk mengatur tingkat atensi mereka, membantu dalam proses pengkodean informasi baru, dan berusaha meningkatkean kemampuan untuk mengingat informasi ketika berada dalam keadaan terdesak, seperti saat ujian.
Menciptakan strategi kognitif yang efektif dan unik, adalah bagian dari suatu oembelajaran mengenai cara belajar, dan cara belajar secara independen. Namun, strategi kognitif yang banyak digunakan tidak dijelaskan secara langsung pada bagian ini. Aspek lain dari proses belajar adalah berpikir secara mandiri, kreatif, dan mampu menciptakan strategi kognitif yang efektif dan jelas.