Archive for February 2011

Marital Relationships Over the Family Life Cycle

8 February 2011

Marital Relationships Over the Family Life Cycle
Suatu hubungan pernikahan tidaklah pernah bersifat statis, tetapi akan selalu berubah, berkembang, dan bertumbuh. Walaupun terkadang pernikahan bisa menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak memuaskan, dan hal tersebut sangat butuh pemenuhan dan vital.
Penyesuaian yang dibuat setiap individu dalam menghadapi pernikahan sangatlah unik sebab hal tersebut meruapakan sesuatu yang baru. Penyesuaian yang dbuat pada masa orangtua awal dan usia pertengahan, berhubungan dengan proses penuaan dan saat anak-anak tumbuh dewasa dan kemudian meningggalkan rumah. Masa dewasa akhir, membutuhkan suatu penciptaan peraturan yang baru dalam keluarga sebaagai suatu pasangan suami istri, ataupun orang tua lanjut usia dengan anak yang sudah dewasa, dan atau sebagai kakek dan nenek. Usia yang semakin tua menjadikan diri mereka agar semakin berdamai dengan masa lalu mereka dan mampu menerima kehidupan mereka seperti yang mereka jalani.
Setiap orang mempunyai kemungkinan akan berpisah dengan pasangannya sebagai suatu bagian dari kehidupannya. Sebagian kecil persentasinya akan berpisah dengan pasangannya, yang kemudian melanjutkan kehidupannya sebagai seorang duda, atau janda. Hidup sendiri pasti memiliki penyesuaian khusus bahwa mereka tidak memiliki pasangan.
Orangtua harus mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi dan mampu memutuskan sejauh mana kesejahteraan mereka dan kehidupan yang lebih baik selam pada tahap kehidupan mereka. Setiap fase tahap kehidupan akan memiliki masing-masing kebaikan dan permasalahan. Dengan mengetahuinya lebih lanjut akan memungkinkan untuk melewatinya dengan lebih baik.

MARITAL AND PERSONAL HAPPINES
Kebanyakan individu yang telah menikah setuju bahwa kualitas dari pernikahan mereka mempunyai efek yang besar tehadap tingkat kebahagiaan mereka dana kepuasannya terhadap hidup. Pernikahan yang tidak menyenangkan dapat menurunkan kepuasan pada berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, kesehatan, dan persahabatan. Individu yang mungkin sedang mengalami permsalahan yang berat akan terasa tidak suka makan dan susah tidur, dan tentu hal itu akan semakin membuat mereka terasa lemah dalam kehidupannya.
Hubungan pernikahan akan jarang terlihat statis. Pasangan mungkin membuat laporan bahwa ada suatu periode waktu yang sangat harmonis dan semua terlihat baik-baik saja, hanya untuk menutupi setiap permasalahan yang mereka hadapi saat berurusan dengan pasangan yang menginginkan perpisahan. Keadaan pasangan yang tidak stabil, akan semakin banyak variabel yang mempengaruhi hubungan mereka. Bagaimanapun juga, yang paling penting adalahkualitas hubungan secara umum dan akan memperluas laporan tingkat kepuasan pasangan.

THE FAMILY LIFE CYCLE
Satu hal yang paling membantu dalam menjelaskan hubungan pernikahan adalah fase yang selalu berubah dalam siklus kehidupan keluaga. Siklus kehidupan keluarga adalah mengenai suatu fase, ataupun tingkatan sepanjang perjalanan kehidupan dan menjelaskan perubahan struktur keluarga dan fungsi dari setiap fase. Siklus tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan, tugas-tugas, ataupun permasalahan yang dihadapi setiap rentang tingkatan, juga bagaimana suatu kepuasan akan terbentuk. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bahwa orang dewasa senantiasa emngubah pandangan mereka mengenai kehidupan yang mereka jalani, yang tentunya dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan individu, lingkungan sosialnya, dan pengaruh historikal yang mengaburkan tentang komitmen, kepercayaan, dan perjalanan hidup mereka.

Data on Familiy life Cycles
Figure 8.1 menunjukkan siklus kehidupan keluarga tradisional yang utuh. Usia masing-masing pasangan adalah usia rata-rata pada populasi di Amerika Serikat. Pada umumnya, pria menikah pada usia 27, dan wanita pada usia 25. Mereka pada umumnya menunggu 2 tahun hingga mempunyai anak yang pertama dan yang kedua. Pria akan berumur 51 dan wanita berumur 49 pada saat anak terakhir mereka meninggalkan rumah di usia 20 tahun. Mereka akan memisahkan diri pada usia 51-65 pada pria, dan wanita pada usia 49-65. Kebanyakan pria akan meninggal di usia 74, dimana pasangan mereka akan tetap hidup hingga rata-rata usia 80 tahun, menghabiskan kehidupannya sebagai seorang janda.
Siklus kehidupan keluarga akan berbeda untuk pasangan yang mengalami perceraian. Figure 8.2 menunjukkan pasangan yang bercerai dengan memiliki 2 anak, dan menikah kembali dengan punya dua anak. Kebanyakan anqak memilih tinggal dengan ibunya setelah perceraian. Disebutkan bahwa usia pasangan yang pernah bercerai akan lebih muda 2 tahun dibandingkan dengan pasangan yang tidak pernah bercerai. Usia pria adalah 32 dan wanita pada usia 30 tahun saat mereka mengalami perceraian. Usia anak mereka biasanya adalah 3 atau 5 tahun. Pria akan menikah kembali pada usia 36 dan wanita saat usia 33, dengan anak usia 6 atau 8 tahun , dan tinggal bersama pasangan baru ibunya tersebut. Pria akan berusia 50 saat anak termuda mereka berusia 20 dan akan meninggalkan rumah. Pasangan tersebut akan memiliki waktu 15 tahun untuk masa kesendirian hingga mereka pensiun dari pekerjaan, hingga usia 65 tahun dam memiliki waktu bersama selama 8 tahun hingga mereka meninggal dunia.
Rata-rata usia wanita bercerai adalah 30 tahun, dan usia anaknya 3 dan 5 tahun. Wanita menikah kembali 3 tahun kemudian, saat usia anaknya 6 dan 8 tahun. Wanita akan berusia 47 saat anak termudanya berusia 20 dan akan meninggkalkan rumah. Dia menghabiskan waktu 18 tahun dengan tanpa anak, hingga pensiun dari pekerjaan di usia 65 tahun, dan memiliki waktu 9 tahun untuk bersama pasangan hingga pasangannya meninggal di usia 74. Setelah itu akan menjadi janda kira-kira lamanya 9 tahun, hingga dia berusia 80 tahun.
Tentu saja, siklus kehidupan masing-masing individu akan berbeda, dan grapik tersebut tidak dapat menggambarkan siklus kehidupan dari setiap jenis keluarga. Hal diatas adalah gambaran besar dari kehidupan di Amerika Serikat.

Changes in Marital Satisfaction
Bagaimana cara mengubah tingkat kepuasan pernikahan pada suatu fase di siklus kehidupan keluarga? Jawabannya tergantung pada keadaan keluarga itu sendiri. Pola keluarga yang berbeda. Suatu model yang paling membantu untuk menunjukkan apa yang terjadi selama usia pernikahan, yang ditunjukkan oleh Weishaus dan Field (1988), menggambarkan enam jenis pernikahan jangka panjang :
Stable/positive : pasangan ini sangat stabil, tetapi bukanlah pernikahan yang statis, selalu mengalami perubahan untuk meningkatkan kepuasan pernikahan, dan memiliki afeksi positif dan senantiasa berinteraksi.
Stable/neutral : pasangan ini tidak pernah memiliki pengalaman emosi yang sangat dekat, tetapi menikah dengan suatu alasan tertentu. Pasa umumnya mereka senantisa merasa nyaman dengan pasangannya dan tidak pernah mengalami konflik yang berat.
Stable/negative : pasangan ini memiliki pengalaman yang negatif sepanjang pernikahan mereka, telihat dengan permusuhan dan banyak perbedaan. Kurang memiliki perasaan yang positif. Hanya sedikit kegembiraan, hanya merasa bahwa tugas mereka sudah terpenuhi sebagai orang dewasa.
Curvilinear : pada pasangan ini, kepuasan hanya pada saat awal pernikahan, kemudian meurun pada usia pertengahan, dan tidak pernah merasa bahagia lagi setelah seluruh anak meninggalkan mereka.
Continuous decline : pasangan ini memiliki pengalaman yang bertahap dalam kepuasan pernikahan yang senantiasa terkikis dan akhirnya habis.
Continuous increase : pasangan ini merasa meningkatkan kepuasan mereka sertelah bertahun-tahun dilewati.

Gay and Lesbian Families
Banyak penelitian dan diskusi mengenai keluarga gay dan lesbian focus pada bagaimana mereka berbeda dari yang lain, lebih lagi dari bentuk keluarga tradisional. Bagaimanapun, mereka berbagi banyak kesamaan dengan tipe keluarga yang lainnya dan pada kebanyakan respek adalah seperti semua keluarga yang lainnya.
Seperti Laird (1993) mengobservasi:
“mereka harus menegosiasikan hubungan mereka dengan komunitas yang lebih besar dan keluarga asal mereka, membentuk jaringan social dan membanguan batasan antara diri mereka dan dunia luar, sama baiknya dengan menegosiasikan hubungan dan peran, mengembangkan strategi penyelesaian masalah, penengah konflik, dan membuat batasan bagian keluarga. Seperti semua keluarga yg lain, mereka juga menunjukkan kemungkinan adanya konflik dalam pembagian tugas, penggunaan uang, jarak dan waktu, hubungan seksual dan intim mereka, isu mengenai kedekatan dan jarak, perasaan dominan dan rendah, rencana untuk membesarkan anak, dll”.
Bagaimanapun, Laird ingin membuat poin-poin bahwa keluarga gay dan lesbian berbeda dari yang lain pada dua hal yang penting. Pertama, kebanyakan dari keluarga ini dipimpin oleh pasangan yang berjenis kelamin sama, meskipun beberapa dipimpin oleh orangtua gay dan lesbian tunggal dan yang lain oleh figure orang tuan yang kebanyakan. Kedua, keluarga ini sering dicaci sebagai bentuk keluarga yang tidan sesuai, pada saat kehadiran mereka dengan tantangan yang unik. Dua orangtua keluarga gay dan lesbian dengan anak dari pernikahan sebelumnya sering berbagi situasi yang sama dan setuju dengan isu penting yang sama sebagai keluarga tiri. Jenis diskriminasi yang diberikan kepada mereka dapat menimbulkjan pengaruh yang kuat dalam proses membuat keputusan pada individu dan keluarga gay dan lesbian.
Iklim social dan budaya dari kegerakan gay masa modern, perubahan sejarah pada sikap social terhadap homoseksual, dan munculnya dan transformasi wabah HIV yang dibentuk siklus kehidupan untuk gays dan lesbian. Secara tradisional, keluarga gay dan lesbian tidaklah focus pada anak jika satu atau keduanya belum pernah menikah sebelumnya. Pada beberapa kasus, hubungan keduanya wanita memilih untuk menanggung/mengadopsi anak. Untuk pasangan gay, adopsi merupakan suatu hal yang sulit Karen di beberapa tempat telah membuat agen pengaman untuk menghalangi hal itu dan untuk membuat gays dan lesbian merasa kecil hati untuk mengadopsi anak. Bagaimanapun, penelitian yang konsisten menunjukkan bahwa keluarga gay dan lesbian seperti keluarga yang lainnya sukses melaksanakan peran dan tugas dan mejaga kesehatan anak seperti pada keluarga yang lainnya.

ADJUSTMENTS EARLY IN MARRIAGE
Marital Adjustment mungkin didefinisikan sebagai proses memodifikasi, berdaptasi, dan perngubahan pola perilaku dan interaksi pasangan ataupun individu untuk pencapaian kepuasan maksimal dalam berhubungan. Berdasarkan definisi ini, adjustment bukanlah akhir dalam hidupn, tetapi artinya untuk mengakhiri: kepuasan pada dan dengan pernikahan. Hal ini sungguh mungkin untuk pasangan suami/istri untuk menyesuaikan satu sama lain tetapi tetap sungguh tidak bahagia dan kurang puas dengan hubungannya. Mereka belajar untuk menyesuaikan diri terhadap situasi, tetapi ini bukan berarti bahwa mereka benar-benar menyukai hal itu atau puas dengan keadaan. Mereka belajar bagaimana menghindari konflik yang berlebihan, tetapi penyesuaian diri ini memberikan mereka sangat sedikit kesenangan atau ketenangan yang nyata. Tujuan dari adjustment adalah untuk mencapai tingkat terbesar kepuasan dan kesuksesan pernikahan.
Suatu waktu kenyataan adjustment mungkin bukanlah salah satu yang terbaik yang akan dilakukan, tetapi mungkin sukses yang besar untuk meningkatkan kumngkinan kepuasan yang tertinggi dalam keadaan tersebut. Jelasnya, adjustment tidaklah statis-ini bukanlah langkah mati. Adjustment adalah dinamis, proses yang disesuaikan dengan tempat dimana pasangan menikah dan hidup bersama.

Marital Adjustment Tasks
Banyak pasangan mengetahui bahwa mereka harus melakukan penyesuaian agar mereka dapat hidup dengan harmonis. Area adjustment mungkin disebut marital adjustment tasks. Banyak pasangan yang memutuskan menjalin hubungan yang serius ditunjukkan dengan banyaknya adjustment pada table 8.1. Kebanyakan pasanagan membuat banyak hubungan yang menyenangkan sebelum mereka menikah.

Problems during three early stages
Sebuah studi longitudinal mengatakan bahwa masalah-masalah dari 131 pasangan terjadi di 3 tahap awal tahun pernikahan mereka (Storaasli dan Markman, 1990): (1) sebelum pernikahan, (2) tahun pertama setelah pernikahan, (3) setelah kelahiran anak pertama.
Dikatakan bahwa uang merupakan masalah nomor satu dalam semua tahap hubungan. Kecemburuan merupakan masalah terbesar sebelum pernikahan tetapi hilang setelah pernikahan berlangsung. Sanak keluarga merupakan masalah sebelum pernikahan dan kembali terjadi setelah kelahiran anak pertama. Komunikasi dan hubungan seks menjadi masalah terbesar setelah pernikahan dan setelah kelahiran anak pertama. Hubungan pertemanan, agama, dan alkohol dan obat-obatan merupakan masalah lainnya setelah pernikahan. Masalah-masalah setelah pernikahan dapat diatasi dengan melakukan rekreasi dan masalah-masalah yang muncul setelah kelahiran anak pertama dapat diatasi dengan meningkatkan romantisme di antara pasangan.

ADJUSTMENTS TO PARENTHOOD
“kehamilan pertama” dikatakan seorang psikiater, “ merupakan 9 bulan yang rentan. Berterima kasih kepada tuhan atas kehadiran seorang anak yang dinantikan seorang pasangan sebagai pelengkap satu sama lain” (Maynard, (1974, p. 139). Mengharuskan hidup dengan orang lain dalam suatu komitmen hubungan merupakan suatu tantangan, tetapi hadirnya anggota ketiga dalam keluarga, seorang bayi yagn masih sangat tergantung, merupakan masa transisi yang penuh dengan tekanan dalam siklus hidup keluarga- tetapi juga merupakan hadiah terbesar (Hackel and Ruble, 1992).

Parenthood and Stress
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kecendrungan sebagai hadirnya anak pertama daripada sebagai sebuah masa rentan dan lebih kepada periode stres dan transisi. Perubahan dalam kualitas hubungan dan konflik pernikahan dikaji dalam sebuah studi longitudinal terhadap pasangan kulit putih amerika dengan ras afrika amerika yang mengalami transisi sebagai orang tua dalam 2 tahun pernikahan mereka. Semua pasangan tersebut, tanpa memperhatikan kelompok etnis, diperoleh hasil akan rendahnya kebahagiaan pernikahan dan lebih kepada banyaknya konflik yang terjadi setelah masa transisi (Crohan, 1996).
Kehamilan yang tidak direncanakan kadang dapat menigkatkan level stres. Stres tersebut berasal dari fakta bahwa banyak pasangan tidak memiliki persiapan menjadi orang tua. Seperti yang seorang ibu ungkapkan, “kami tahu darimana seorang bayi datang, tetapi kami tidak tahu akan seperti apa anak tersebut.” Banyak orang tua baru tidak memiliki pengalaman dalam mengasuh bayi. Pasangan yang memiliki persiapan menjadi orang tua dengan mengikuti konseling, membaca buku, dan lainnya ditemukan memiliki kepuasan yang besar menjadi orang tua daripada yang tidak meiliki persiapan. Selain itu, level stres setelah masa transisi ke orang tua menjadi berkurang untuk pasangan yang mensosialisasikan peran mereka sebagai orang tua dengan mengikuti kelas pengsuhan.
Tingkat stres akan berbeda dari satu anak ke anak yang lain tergantung kepada tempramen masing-masing anak dan seberapa mudah setiap anak diasuh. Beberapa anak mungkin tidak memberikan masalah tetapi yang lain mungkin merupakan anak hiperaktif atau anak yagn sakit-sakitan yang membutuhkan perhatian yagn lebih.
Stres menjadi lebih besar jika orang tua masih muda dan belum matang. Hampir setengah juta remaja menjadi orang tua tiap tahunnya. 10 persen dari semua bayi dilahirkan dari orang tua yang masih remaja. Status ekonomi keluarga juga ditemukan sebagai faktor penyebab munculnys stres sebagai orang tua. Masa transisi ke orang tua menghasilkan banyak perubahan dalam hidup dan peran seperti aturan baru, tanggung jawab dan rutinitas baru.banyak penelitian fokus pada masa transisi orang tua dan variabel yang terjadi secara bersamaan dalam kehidupan orang tua diasosiasikan dengan kompetensi pengasuhan. Banyak variabel, termasuk dukungan sosial dari keluarga dan suami/isteri, diasosiasikan dengan tingkat kehangatan dan sensitifitas sebagai orang tua dari bayi. Dukungan sosial diasosiasikan dengan adaptasi terhadap orang tua dan interaksi positif orang tua – bayi. Sebagai contoh , wanita yang menerima dukungan selama masa kehamilan lebih mempunyai mental yang positif dan kesehatan fisik selama menjadi buruh, tukang antar daripada wanita yang tidak menerima dukungan sosial.
Selama masa kehidupan, dukungan sosial merupakan hal yang sangat penting untuk memperbaiki hubungan yang lebih sehat dalam keluarga. Sebagai contoh, orang tua anak terkadang merupakan sumber utama untuk membentuk perasaan kekhawatiran hidup dan untuk belajar lebih efektif untuk melatih kontrol diri.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima dukungan dari orang tua mereka secara umum dilaporkan lebih sedikit memiliki penyakit fisik dan psikologis selama masa kanak-kanak daripada anak-anak yang hanya menerima sedikit dukungan dari orang tuanya. Sebuah studi menunjukkan bahwa selama di awal dukungan orang tua mempengaruhi pelajarn hidup dengan mempelajari hubungan antara menerima dukungan emosional dari orang tua selama awal kehidupan dan kesehatan individu pada masa dewasa.

Fatherhood and The Life Course
Ketika keibuan dan pengaruh seorang ibu pada anaknya telah diteliti secara ekstensif, keayahan hanya mendapat sangat sedikit perhatian dari para mahasiswa sampai beberapa tahun terakhir. Sifat keayahan merupakan sebuah pendalaman mendalam oleh kebanyakan pria. Memikul tanggung jawab sebagai seorang ayah dari seorang anak membuat perubahan pada seorang pria dan pria yang ikut serta dalam pengsuhan yang aktif berkembang dan dewasa berbeda dengan pria yang tidak. Palkovitz (2002) mewawancarai 40 ayah dari budaya dan situasi pengasuhan yang berbeda mengenai perasaan mereka yang berbeda mengenai perihal menjadi seorang ayah. Ayah pada sampel yang dijelaskan memiliki sifat multidimensi dan kompleks sebagai seorang ayah serta kebutuhan untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan kelurga. Tema yang paling umum dibahas oleh orang-orang ini termasuk adalah cinta, menjadi penyedia, berada disana untuk anak-anak mereka dan menjadi model, guru, dan panduan mengenai moral. Komponen yang paling umum dari apa yang orang anggapayah yang baik adalah “berada disana” untuk anak-anak mereka. Setengah dari pria percaya diluar melahirkan anak dan merawat mereka, pada dasarnya memiliki perbedaan antara apa yang ayah dan ibu bisa lakukan dengan anak-anak mereka. Namun, beberapa ayah menyatakan apa yang mereka lihat perbedaan gender sebagai hal penting dalam hal kelembutan, emosionalitas, dan sosialisasi peran gender.
Studi juga menemukan bahwa beberapa pria mengalami perubahan besar dalam proses kehiupan mereka dan kepribadian karena langsung ke ayah. Orang lain merasa bahwa ayah memiliki kurang dramatis, namun masih mempengaruhi signifikan terhadap perkembangan mereka. Dalam jumlah, ayah mampu mengungkapkan perubahan signifikan kehidupan saja dari mereka bisa untuk perubahan pembangunan jangka panjang hidup.

ADJUSTMENTS DURING MIDDLE ADULTHOOD
Perubahan yang paling terlihat dari dewasa menengah yang mengalami perubahan fisik adalah bertahap, tetapi meningkatkan keriput, rambut beruban, dan kepala yang botak mengingatkan kita pada proses penuaan, otot menurun, berat badan biasanya meningkatkanb, dan kekuatan dan daya tahan surut. “Body monitoring” meningkat sehingga individu menjadi penting untuk tetap dalam bentuknya dan untuk mengimbangi penurunan metabolism tubuh, yang mengakibatkan kecenderungan untuk menambah berat badan. Masalah kesehatan menjadi semakin terkait dengan kepuasan hidup. Mungkin untuk pertama kalinya orang dewasa diperhadapkan dengan kematian dalam mereka sendiri. Sebelumnya mereka telah menghitung tahun-tahun unjtuk kehidupan mendatang, transformasi setengah baya dimunculkan oleh kesadaran bahwa tahun seseorang diberi nilai paradox, orang-orang memasuki awal kehidupan utama dan masa pemenuhan kehidupan terbesar. Personalisasi ini menyebabkan hilangnya kesadaran bahwa waktu terbatas, hidup yang berpacu dengan waktu ada rasa urgensi untuk menyelesaikan semua yang ingin dicapai. Oles (1999) menciptakan model transisi setengah baya pada pria dan menyarankan bahwa selama setengah baya seorang pria mulai bertanya-tanya tentang makna hidupnya.
Pergeseran penting orientasi waktu dalam siklus hidup dapat mengakibatkan introspeksi, analisis-diri, dan penilaian diri. orang paruh baya (middle-aged) terlibat dalam mempertanyakan eksistensial diri, nilai, dan kehidupan itu sendiri. orang paruh baya (middle-aged) banyak dibawah tekanan stres. Ini adalah waktu yang paling berat tanggung jawab di tempat kerja, dalam keluarga, dan masyarakat. orang paruh baya (middle-aged) banyak merawat sendiri tidak hanya untuk anak-anak mereka tetapi juga untuk orang tua mereka. Kerja, keuangan dan tegangan biasanya dirasakan saat ini dan kelelahan pekerjaan dapat terjadi. Pria paruh baya dan perempuan sering merasa stres karena tiadanya persahabatan dengan pasangan mereka, karya mereka sendiri, dan kemungkinan anak-anak mereka dewasa membuat poor personal dan pilihan profesional. Dengan demikian, setengah baya adalah saat ketika masalah-masalah pribadi, praktis, dan eksistensial semua dalam fokus. Hal ini dapat menjadi waktu untuk pemeriksaan ulang waktu untuk chart program baru dalam hidup.

Marital Adjustments
Sebagaimana telah kita bahas, kepuasan pernikahan cenderung berada pada surut terendah ketika anak-anak usia sekolah atau di tahun-tahun remaja mereka. Jika orangtua telah sibuk bekerja dan membesarkan anak-anak dan aktif dalam urusan masyarakat, mereka mungkin telah terpisah, menghabiskan lebih sedikit waktu berkomunikasi, bermain, dan hanya kebersamaan. Itu adalah mudah bagi pasangan untuk mendapatkan begitu asyik dengan kegiatan lain yang membuat menderita dari kurangnya perhatian. Orangtua yang tinggal bersama sampai hubungan mereka. Bagi orang lain, bagaimanapun, usia tengah (middle-aged) bisa menjadi waktu untuk merevitalisasi pernikahan yang bosan atau lelah, untuk memikirkan kembali hubungan, dan untuk memutuskan bahwa mereka ingin berbagi banyak hal dalam hidup bersama. Telah disarankan bahwa ada tiga siklus dalam pernikahan yaitu yang paling jatuh cinta, jatuh dari cinta, dan jatuh kembali dalam cinta dan bahwa siklus terakhir adalah kedua yang paling sulit dan paling bermanfaat. Jika pasangan bisa belajar untuk berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan yg halus, terutama perasaan cinta dan kasih sayang yang mereka telah diabaikan, mereka dapat mengembangkan keintiman yang lebih besar dari mereka telah berpengalaman dalam waktu yang lama. Hal ini meningkatkan komunikasi dapat mengungkap dan menyelesaikan masalah sulit dan mengarah pada peningkatan persahabatan dan kebersamaan.
Orang paruh baya sangat berbeda dalam kemampuan mereka untuk melakukan perubahan yang diperlukan selama periode kehidupan. Peneliti berbicara tentang ketahanan ego/ ego resiliency (ER), atau kapasitas umum untuk adaptasi fleksibel dan akal untuk stres. Ini adalah sumber kepribadian yang penting yang memungkinkan individu untuk menguasai dan adaptif menegosiasikan kehidupan mereka di bawah perubahan kondisi seperti transisi paruh baya. Dewasa memasuki setengah baya dengan tingkat tinggi ER cenderung melihat setengah baya sebagai kesempatan bagi perubahan dan pertumbuhan, sedangkan individu dengan tingkat yang lebih rendah dari ER mungkin akan mengalami sebagai waktu stagnasi atau penurunan (Klohnen, 1996).
Beberapa orang paruh baya yang dipanggil untuk mengasumsikan peran lain bahwa pengasuh untuk orangtua yang terganggu atau orang tua dalam hukum (Dwyer, 1991). Meskipun saat ini orang tua cenderung untuk hidup dengan anak-anak mereka daripada mereka 40 tahun yang lalu, tumbuh anak-anak, terutama anak-anak perempuan atau anak perempuan dalam hukum, masih memikul tanggung jawab utama untuk orang tua usia (Dwyer, 1991). Dengan demikian, banyak wanita yang dipanggil untuk membantu atau mengawasi orangtua, kerabat dalam berbelanja, menyiapkan makanan, dan sebagainya. Sebagian besar perempuan mengasumsikan peran pengasuhan juga bekerja dan menghadapi tanggung jawab keluarga mereka sendiri. Peran “strain” sering cukup besar, sebagai perempuan menyeimbangkan tuntutan peran bersaing pekerja, istri, ibu rumah tangga, ibu, nenek, dan putri pengasuhan atau menantu perempuan.
Satu studi menekankan baik imbalan dan tekanan dari asumsi ini peran pengasuh (Stephens, 1994). Hadiah termasuk mengetahui bahwa penerima perawatan itu dirawat dengan baik. pengasuh biasanya menerima banyak kepuasan dari mengasumsikan peran ini jika penerima perawatan menunjukkan kasih sayang atau penghargaan, jika hubungan ini menjadi lebih dekat dan kesehatan penerima pelayanan membaik, jika dia kooperatif dan tidak menuntut, dan jika baik nya sisi datang melalui meskipun sakit.
Tetapi pengasuh juga menciptakan angka dari tekanan, terutama jika penerima perawatan adalah kritis atau mengeluh, yang tidak responsif atau tidak kooperatif, gelisah, kesehatan menurun, mengajukan pertanyaan berulang-ulang, atau pelupa. Semua kondisi ini adalah sumber stres. Jika pengasuh tidak menerima bantuan dari keluarga atau teman-teman atau jika biaya tambahan yang cukup besar terlibat dalam pengasuhan tersebut, faktor-faktor ini menjadi sumber tambahan dari stres. Karena mereka terjebak di antara tanggung jawab pengasuhan untuk anak-anak mereka dan untuk orang tua lanjut usia mereka, orang dewasa paruh baya kadang-kadang disebut “sandwich generation”. Satu studi menyelidiki apakah peran pengasuhan multigenerasi terpengaruh pengasuh paruh baya kualitas perkawinan, psikologis kesejahteraan, sumber daya keuangan, kepuasan dengan pencarian waktu luang, dan persepsi keadilan dari pembagian kerja rumah tangga (Loomis, 1995).
Menggambar pada sampel nasional orang menikah, para peneliti menemukan, mungkin mengejutkan, bahwa perubahan dalam tanggung jawab keluarga memiliki pengaruh yang kecil atau tidak ada pada pengasuh kesejahteraan. Juga, orang yang mengambil tanggung jawab perawatan tambahan mungkin lebih ahli dalam menyeimbangkan alokasi waktu untuk keluarga, pekerjaan, dan kebutuhan pribadi. Orang yang mengambil tanggung jawab tersebut menempatkan nilai tinggi pada merawat orang lain. Memenuhi kewajiban tambahan mungkin menjadi sumber pemenuhan yang mengimbangi efek negatif terhadap kesejahteraan dikenakan pada pengasuh. Para peneliti menjelaskan bahwa mereka tidak ingin menyiratkan bahwa untuk merawat orang tua lanjut usia, khususnya orang yang cacat atau dalam kesehatan yang sangat buruk, tidak kadang-kadang merugikan perawat keluarga. Secara umum, bagaimanapun, efek dari asumsi kewajiban yang signifikan untuk orang tua tampak minim. Mereka menyimpulkan bahwa mengemban tanggung jawab multigenerasi tidak berkembang menjadi situasi yang sangat sulit bagi orang dewasa paruh baya yang paling (Loomis, 1995).

The postparental Years
Istilah tahun postparental Istilah biasanya merujuk pada periode antara anak terakhir meninggalkan rumah dan pensiun dari orang tua. Beberapa menulis lebih suka dengan istilah empty-nest years, karena begitu anak lahir, selalu orang tua (Raup dan Myers, 1989). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.1, jika wanita menikah pada usia median 25 dan memiliki dua anak, dia akan berumur 49 ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Orang yang menikah pada usia 27 dan memiliki dua anak-anak akan menjadi 51 ketika anak terakhir meninggalkan.

Satu postscript perlu ditambahkan: anak-anak yang belum menikah terus hidup dengan orang tua mereka untuk jangka waktu lebih lama daripada sebelumnya. Hal ini sesuai sebagian untuk orang-orang yang lebih tua pada saat pernikahan pertama mereka. Selain itu, sekali meninggalkan anak-anak, sisanya kosong mungkin tidak tetap seperti itu, yaitu, anak-anak tumbuh dapat kembali ke sarang. angka perceraian tinggi dan kebutuhan keuangan mengakibatkan peningkatan jumlah anak-anak dewasa pulang ke rumah untuk tinggal dengan orang tua mereka. Generasi sekarang orang dewasa muda telah disebut sebagai “anak-anak bumerang” karena mereka tidak akan meninggalkan rumah dan kembali beberapa kali (Mitchell dan Gee, 1996).

Ini memiliki konsekuensi penting bagi orang tua, anak-anak dewasa mereka, dan cucu. Banyak orangtua yang tidak menyambut kembalinya anak-anak mereka dan melihat mereka tinggal sebagai pengaturan jangka pendek (Clemens dan Axelson, 1985). Sumber konflik yang potensial meliputi pemeliharaan diri sehari-hari dan pakaian, biaya pemeliharaan rumah dan pekarangan, yang digunakan dari mobil keluarga, dan gaya hidup anak, termasuk ekspresi seksual, minum, obat-obatan, dan teman. Selain itu, meskipun kakek-nenek paling cinta cucu mereka, mereka merasa sulit untuk berperan sebagai pengasuh, sementara orang tua sering pergi keluar untuk bekerja atau bermain. Kadang-kadang anak dewasa beralih ke peran anak tanggungan, dan orang tua kembali ke peran lebih tinggi kali sebelumnya. (Untuk diskusi yang lebih rinci mengenai dewasa-anak dan orangtua coresidence lihat bab 14). Meningkatkan poin bukti berkurangnya kepuasan hidup bagi semua pihak yang terlibat (Clemens dan Axelson, 1985).

ADJUSTMENTS DURING LATE ADULTHOOD
Dewasa Akhir membawa sejumlah perubahan besar dalam hidup. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi individu penuaan tetapi juga pasangan dan anggota keluarga lainnya. Karena dewasa akhir dapat memperpanjang selama periode 30-tahun dan perubahan fisiologis, psikologis, dan sosiologis dramatis dapat berlangsung selama bertahun-tahun, akhir dewasa sering dibagi menjadi tiga tahap. Orang-orang usia 65-74 kadang-kadang disebut sebagai young-old, mereka 75-84 adalah middle-old, dan mereka 85 dan lebih adalah oldest-old. Tugas perkembangan tiga kelompok wajah mungkin sangat berbeda. Misalnya, orang usia 85 ke atas lebih cenderung orang di bawah 85 untuk berada dalam kesehatan yang buruk, untuk memerlukan bantuan dalam berpakaian, mandi, makan, dan kegiatan lain dari kehidupan sehari-hari dan kebutuhan perawatan kesehatan di rumah (Seccombe dan IOshii-Kuntz, 1991).

Dewasa Akhir melibatkan beberapa transisi besar: dari pernikahan dengan janda, dari hidup dengan anggota keluarga untuk hidup sendiri, dan dari kemerdekaan fisik untuk ketergantungan fisik. Transisi status perkawinan dan struktur rumah tangga yang mungkin terjadi di sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan, biasanya beberapa tahun sebelum timbulnya cacat apapun. Waktu transisi ini sangat penting untuk berhubungan. Waktu transisi ini sangat penting bagi mereka yang selamat jangka panjang. Pada saat mereka mencapai usia ketika keluarga mereka akan menjadi sumber penting dari bantuan, mereka tidak mungkin untuk memiliki pasangan hidup, dan sebagian besar hidup sendiri. Sebanyak sepertiga yang dapat menanggapi kebutuhan mereka (CL Johnson dan Troll, 1996).

Developmental Tasks
Tugas perkembangan utama, atau penyesuaian, menghadapi orang tua dapat dikelompokkan ke dalam sembilan kategori: (1) tetap secara fisik sehat dan menyesuaikan diri dengan keterbatasan, (2) mempertahankan pendapatan yang memadai dan sarana pendukung, (3) menyesuaikan diri dengan peran kerja direvisi, ( 4) mendirikan perumahan yang dapat diterima dan kondisi hidup, (5) mempertahankan mengidentifikasi dan status sosial, (6) mencari persahabatan dan persahabatan, (7) belajar menggunakan waktu luang pleasurably, (8) membangun peran baru dalam keluarga, dan (9) mencapai integritas melalui penerimaan kehidupan seseorang. Kita akan membahas masing-masing tugas sebentar sebelum beralih ke diskusi yang lebih rinci tentang hubungan perkawinan dan keluarga pada lansia.

Staying physically Healthy and Adjusting to Limitations. Tugas fisik sehat menjadi lebih sulit karena usia orang. Hal ini membutuhkan kebiasaan kesehatan yang baik dan praktek pencegahan gizi sangat penting untuk menjaga kesehatan di usia tua. Banyak orang tua takut kehilangan atau penurunan nilai visi mereka, pendengaran, mobilitas, dan kemampuan umum untuk perawatan diri mereka sendiri. Sebagai konsekuensi, menjaga kesehatan yang baik adalah salah satu prediktor yang paling penting dari kepuasan hidup pada orang tua (Baur dan Okun, 1983; Heidrich dan Ryff, 1993).
Maintaining Adequate Income and Means of Support. Banyak orang dewasa menghadapi masalah memiliki penghasilan yang tidak memadai di usia tua mereka. sumber daya sosial ekonomi sangat bervariasi antara orang tua, dengan usia sendiri memiliki hubungan penting dalam tingkat sumber daya. Pada tahun 2003, 10,4% orang dengan umur 65 tahun atau lebih tinggal di bawah tingkat properti. Semakin tua orang, semakin besar persentase yang hidup dalam kemiskinan. Ada juga perbedaan dalam sumber-sumber ekonomi menurut jenis kelamin. Di antara Amerika Afrika, 23,8% dari mereka usia 65 dan lebih tua hidup di bawah tingkat kemiskinan, dibandingkan dengan hanya 9,1% dari Orang tua Putih
Orang dewasa yang lebih tua, seperti kebanyakan orang, menginginkan kemerdekaan dalam hal keuangan. Mencapai kemandirian keuangan di akhir dewasa membutuhkan untuk rajin menabung, pengelolaan keuangan hati-hati, dan sering beberapa mendapat keberuntungan. Pada umumnya, orang-orang yang mandiri secara finansial lebih puas dalam kehidupan sehari-hari mereka, sedangkan strain keuangan menyebabkan orang merasa bahwa mereka memiliki kontrol yang kurang dalam kehidupan mereka dan hal ini menciptakan stres.
Adjusting to Revised Work Roles. Pensiun tradisional terjadi pada usia 65 tahun, tetapi ini tidak diperlukan. Dalam beberapa bidang pekerjaan, pensiun pada usia 70 adalah wajib. Dipaksa pensiun sangat stres. Dalam kasus-kasus di mana orang memilih pensiun, rencana untuk itu. Dan mampu memilih untuk pensiun ketika mereka menginginkannya, mereka tidak merasa seperti ditekankan. Hal ini tidak terjadi bagi banyak orang yang harus menunda pensiun karena mereka tidak harus berarti untuk membiayai (Richadson dan Kilty, 1992), atau bagi mereka yang terpaksa pensiun sebelum mereka dimaksudkan karena keterbatasan kesehatan (Henretta,, Chan dan O’Rand, 1992). Mereka yang paling puas dengan pensiun adalah mereka yang telah mempersiapkan untuk itu selama beberapa tahun. Ini merupakan hal yang penting, karena kualitas dari pengalaman pensiun mempengaruhi kepuasan pernikahan setelah pensiun (Higginbottom, Barling, dan Kelloway, 1993).
Kronologis usia, kesehatan, dan kemampuan self-persepsi untuk menyesuaikan diri dengan pensiun segala pengaruh penting pada usia pensiun yang direncanakan (MA Taylor dan Shore, 1995).
Satu studi yang terdaftar alasan utama Anda untuk pensiun: (1) stres kerja, (2) tekanan dari majikan, (2) keinginan untuk mengejar kepentingan sendiri, dan (4) keadaan, seperti usia atau kesehatan. Mereka yang pensiun untuk melarikan diri dari stress kerja menemukan manfaat yang relatif lebih besar dari stres dan berkurang di masa pensiun. Mereka yang pensiun untuk melarikan diri dari stress kerja menemukan pahala yang relatif lebih besar dan stres berkurang di masa pensiun. Mereka yang ditekan oleh majikan mereka untuk pensiun lebih mungkin untuk melaporkan transisi yang sulit, kurang puas dengan pensiun; sumber lebih sedikit kenikmatan dalam pensiun; dan fungsi miskin dalam kegiatan fisik, sosial, dan waktu luang daripada orang-orang yang pensiun secara sukarela. pensiunan Sukarela yang mengundurkan diri untuk mengejar kepentingan mereka sendiri melaporkan transisi lebih mudah untuk pensiun dan kepuasan yang lebih tinggi dengan, lebih banyak sumber kenikmatan dalam positif dari mereka yang pensiun karena keadaan, misalnya, usia atau kesehatan, tergantung pada apakah benar-benar ingin pensiun (Floyd et al., 1992) tentu. Pensiunan yang paling puas tampaknya mereka yang paling terlibat dalam kegiatan yang bermakna setelah pensiun.
Pekerjaan berfungsi sebagai sumber daya penting bagi banyak pasangan. Pensiun karena itu dapat merusak status pasangan dalam pernikahan dan kemudian kekuasaan relatif baik pasangan dalam hubungan. Pengaruh pensiun adalah sebagian tergantung pada status kepegawaian dari pasangan lain, serta pada sikap kedua pasangan ‘peran gender. Kerugian manusia tentang peran penyedia merongrong statusnya dalam pernikahan dan membuat statusnya lebih bergantung, sebaliknya, tampaknya berdampak kecil terhadap persepsi ketergantungan. Misalnya, pasangan wanita yang telah pensiun lihat sendiri relatif kurang tergantung pada pernikahan terlepas dari apakah mereka sendiri bekerja atau pensiun (Szinovacz dan Harpster, 1993).
Dengan menggunakan data longitudinal dari sampel nasional pasangan yang menikah, satu penelitian (SM Myers dan Booth, 1996) mengeksplorasi berbagai faktor kontekstual yang mempengaruhi efek pensiun pada kualitas perkawinan. Karakteristik pekerjaan manusia, pembagian kerja di dalam pernikahan, dukungan sosial, kesehatan, dan kualitas perkawinan adalah sebelemu pensiun faktor yang mempengaruhi pengaruh pensiun terhadap kualitas perkawinan. Meninggalkan pekerjaan karena stress tinggi meningkatkan kualitas perkawinan, sedangkan pembalikan peran gender, penurunan kesehatan, dan dukungan sosial berkurang yang terkait dengan pensiun mempengaruhi kualitas perkawinan. Selain itu, efek dari pensiun bervariasi sesuai dengan jumlah perubahan yang menyertai pensiun. Sebagai contoh, sedangkan penurunan kesehatan mengurangi kepuasan pensiunan ‘, kecukupan pendapatan yang lebih tinggi dirasakan dan pensiun karena paket insentif pensiun dini meningkatkan kepuasan mereka (Smith dan Moen, 2004).
Temuan lain dari studi ini menunjukkan bahwa pembagian kerja di dalam dan di luar rumah tangga adalah salah satu daerah yang paling mengganggu. Mengingat bahwa sejumlah besar perempuan dalam angkatan kerja dan lebih muda dari pasangannya, ternyata pria semakin menemukan diri mereka pensiun sebelum pasangan mereka lakukan (S. MM Myers dan Booth, 1992). Namun, banyak pasangan tidak senang tentang pensiun pasangannya. Dalam sebuah penelitian terhadap 421 orang pensiun (umur 50 sampai 72), 77% dari pensiunan melaporkan kepuasan pensiun, tetapi hanya 67% untuk pasangan mereka puas, bahkan dengan pasangan lebih sedikit (59%) pelaporan kepuasan bersama (Smith dan Moen, 2004) . Mereka pasangan paling mungkin melaporkan telah puas dengan pensiun, secara individual dan bersama-sama, adalah istri pensiunan dan suami mereka, terutama ketika istri melaporkan bahwa suami mereka tidak berpengaruh dalam keputusan pensiun mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa pensiunan menikah paling puas dengan pengalaman pensiun mereka sendiri daripada pasangan mereka, dan proses pengambilan keputusan mempengaruhi hasil dari kepuasan pensiun (Smith dan Moen, 2004).
Establishing Acceptable Housing and Living Conditions. Bagi sebagian orang yang lebih tua, karena dapat menjaga rumah sendiri adalah sangat penting itu memungkinkan mereka bebas dan biasanya lebih pada hubungan memuaskan dengan anak-anak mereka. Namun, mungkin sulit bagi orang tua untuk menjaga rumah mereka. Jika mereka memiliki pendapatan yang cukup, ini adalah tidak begitu menjadi masalah.
Statistik dari tahun 2003 mengungkapkan bahwa hampir 80% orang usia 65 tahun dan lebih tua yang dimiliki dan rumah-rumah mereka dikelola sendiri. Sisanya lansia adalah menyewa. Tentu saja, banyak orang yang lebih tua (sekitar 1 dari 10 laki-laki dan 1 dari 5 wanita usia 65 dan lebih tua) tidak kepala rumah tangga, karena mereka tinggal bersama anak-anak mereka. Enam puluh tujuh persen pria dan 29% wanita usia 74 dan lebih tua hidup dengan pasangan mereka (AS Biro Sensus, 2005)
Maintaining Identity and Social Status. Lanjut usia memiliki status yang tinggi dan prestise dalam masyarakat banyak karena mereka memiliki pengetahuan terbesar keterampilan, tradisi, dan upacara dianggap penting untuk kelangsungan hidup kelompok. Misalnya, orang tua memiliki status yang tinggi di masyarakat pertanian karena harta yang dikuasai, memiliki pengetahuan terbesar keterampilan pertanian, mampu melakukan tugas-tugas yang berguna, dan para pemimpin keluarga besar. Tetapi sebagai masyarakat kita menjadi lebih industri dan modern, orang tua kehilangan keuntungan ekonomi mereka dan peran kepemimpinan mereka baik dalam industri dan dalam keluarga diperpanjang. Akibatnya, mereka kehilangan status dan prestise (Ishii-Kuntz dan Lee, 1987).
Orang bisa kehilangan status karena mereka pensiun dari angkatan kerja, karena pekerjaan seringkali merupakan faktor penting dalam identitas individu dan prestise. Ketika mereka meninggalkan peran tersebut, mereka memiliki perasaan bahwa mereka telah kehilangan identitas utama mereka. Misalnya, mantan mekanik tidak lagi seorang mekanik, ia bukan apa-apa. Mereka yang mampu mengembangkan identitas bermakna melalui avocations, kehidupan sosial, perkawinan, anak-anak, atau kegiatan lainnya menyesuaikan lebih mudah daripada mereka yang identitas dalam terpisahkan dari pekerjaan mereka.

Mencari pendamping dan persahabatan. kesepian merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami orang tua, terutama dari pertama menikah (Essex dan Nam, 1987). Tantangan mereka adalah untuk menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain (menetas dan bulcroft, 1992). Membangun dan mempertahankan persahabatan dengan teman sebaya tampaknya menjadi lebih penting bagi kesejahteraan emosional pada lansia daripada interaksi dengan keluarga. Orang tua yang mampu menemukan pasangan kencan mungkin dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk pendamping dan kepuasan emosional (adams, 1985).
Field (1999) mempelajari orang dewasa yang lebih tua untuk mencoba memahami bagaimana persahabatan berubah di usia tua. Peserta diwawancarai dua kali, sekali sebagai orang dewasa berusia muda, usia 60-74, dan sekali lagi ketika mereka berumur paling tidak 75. Studi ini menemukan bahwa kenalan dan teman-teman santai menjadi kurang dan kurang penting dalam usia tua tetapi teman dekat dan keluarga tetap sangat penting. Teman santai tidak lagi bermanfaat, dan sebagainya hubungan dengan mereka semakin berkurang. Namun, ada perbedaan gender dalam persahabatan generasi yang lebih tua. Perempuan lebih terlibat dalam persahabatan daripada laki-laki, sedangkan laki-laki memiliki keinginan lebih sedikit untuk menjadikan teman baru dan kurang memiliki kontak langsung dengan teman. Perbedaan-perbedaan gender kurang menonjol pada usia muda-tua dan lebih jelas pada tahap yang lebih tua.

Belajar menggunakan waktu luang yang menyenangkan. Dewasa akhir kebanyakan orang memberikan kesempatan untuk menikmati diri mereka sendiri. Seperti menolak peran bekerja, lebih banyak waktu luang yang tersedia untuk mencari yang disukainya. kepuasan dalam hidup dewasa akhir sangat berpengaruh pada kegiatan sosial untuk membantu mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri dan tentang kehidupan pada umunya.
Membangun peran baru dalam keluarga. Beberapa kejadian mengenai penyesuaian peran keluarga: anak-anak menikah dan pindah menjauh, orang tua, pensiun, kematian pasangan, atau ketergantungan pada anak-anak seseorang. Perubahan ini mengharuskan orang untuk mengambil peran dan tanggung jawab dalam keluarga. Hubungan keluarga pada masa dewasa akhir akan dibahas secara lebih rinci dalam bab ini.

Ada beberapa kebalikan dari peran gender dalam kaitannya dengan otoritas dalam keluarga sebagai orangyang bertambah tua. Orang yang pensiun kehilangan beberapa status dan kewenangan dalam pemerintahan keluarga, dan perempuan sering mengasumsikan peran yang lebih dominan sebagai tokoh otoritas (liang, 1982). Hal ini terutama berlaku dalam kaitannya dengan perencanaan kegiatan untuk dirinya sendiri dan pasangannya dan untuk mengasumsikan peran pengasuhan yang belum tentu karena anak-anak meninggalkan rumah.

Pencapaian integritas melalui penerimaan kehidupan seseorang Erikson (1959) menyatakan bahwa pengembangan integritas ego adalah tugas utama psikososial pada tahap akhir kehidupan. Ini termasuk meninjau hidup seseorang, bisa menerima kenyataan hidup seseorang tanpa penyesalan, dan mampu menghadapi kematian tanpa rasa takut yang besar. Ini juga mengandung dalam menghargai individualitas sendiri, menerima kesulitan, kegagalan, dan mengecewakan ,salah satu pria telah berpengalaman. Pada akhirnya, itu berarti puas dengan kehidupan seseorang sebagaimana adanya (reker, merak, dan wong, 1987).
Kepuasan Perkawinan
Sebagaimana kesehatan dan umur panjang yang meningkat tua, meningkatkan proporsi orang dewasa di atas usia 65 masih menikah dan hidup dengan pasangan mereka. Dalam 2003,77% dari pria berusia 65-74 dan 70% dari pria berusia 75 dan yang lebih tua menikah. Angka untuk wanita usia yang sebanding adalah masing-masing 56% dan 31%. Jelas, ada jumlah yang jauh lebih besar terhadap perempuan janda daripada pria.

Bagi banyak orang yang usia lanjut, pernikahan tetap menjadi sumber utama kepuasan hidup. Kebahagiaan Perkawinan dan kepuasan benar-benar meningkat selama tahap bulan madu, kedua setelah anak-anak meninggalkan rumah dan setelah pensiun. Para pasangan biasanya memiliki lebih banyak waktu luang untuk memghabiskan waktu bersama dan dengan anak mereka dan cucu-cucu, dan mereka lebih bergantung satu sama lain untuk pendampingan. Salah satu istri berkata,”Saya merasa lebih dekat dengan Bill daripada yang saya miliki selama bertahun-tahun. Kami sudah lupa apa artinya untuk memiliki”persahabatan sebenarnya. Kepuasan Perkawinan cenderung menjadi tinggi di antara mereka dimana pasangan juga merupakan kepercayaan yang paling penting (GR Lee, 1988a.)
Pada tingkat tertentu, menurunnya kesehatan fisik dan keuangann biasanya mulai memakan korban . Pasangan sering merasa lebih sulit untuk menghadapi situasi kehidupan mereka saat mereka tumbuh dewasa. Penurunan status dan pelepasan paksa dari hasil masyarakat dalam meningkatkan ketidakpuasan. Pasangan mungkin memiliki lebih sedikit fisik, sosial, dan emosional, penghasilan yang dapat digunakan mereka dalam perkawinan saling bertukar hadiah, dan kepuasan perkawinan dapat menurun.

Perceraian
Perceraian setiap saat hidup adalah pengalaman yang menyedihkan. Jika datang pada akhir dewasa, bahkan lebih sulit. Baik pria maupun wanita yang bercerai di kemudian hari, dibandingkan dengan mereka yang menikah atau menjanda, lebih dirugikan secara material dalam hal pendapatan, kepemilikan mobil, dan kepemilikan rumah (Arber, 2004)
Dampak dari perceraian orangtua kemudian-kehidupan di hubungan antara orang tua dan anak-anak dewasa muda dieksplorasi dalam sampel 3.281 orang dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga utuh. Pembubaran Keluarga yang terjadi setelah anak-anak sudah dewasa memiliki efek yang cukup besar pada hubungan orang tua-anak dewasa. Perceraian orangtua Kemudian-hidup menurunkan kualitas hubungan dan tingkat kontak antara anak-anak dewasa dan orang tua, khususnya antara ayah dan anak. Pengaruh pembubaran perkawinan kemudian-kehidupan di pertukaran dukungan yang berhubungan dengan kesehatan dan bantuan keuangan yang berbeda dengan jenis kelamin anak dan orang tua. Perceraian distrupted pertukaran orangtua-anak mendukung lebih dari orang tua-anak (Aquilino, 1994)

Hubungan Orang tua-anak
gambaran orang tua semakin tua tanpa berhubungan dengan anak-anak mereka tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Kebanyakan orang tua tidak terisolasi dari anak-anak mereka (Dorfman dan Mertens, 1990).
Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa bukti bahwa orang tua tua dan anak-anak mereka mengevaluasi hubungan mereka satu sama lain dengan cara yang berbeda. Satu studi, menganalisis data dari survei nasional keluarga dan rumah tangga, membandingkan persepsi sodilaritas antar generasi antara 2.590 anak dan orang tua mereka yang lebih tua. Peneliti menunjukkan bahwa ada tingkat tinggi ketidaksepakatan antara bagaimana anak dan orang tua mereka melihat hubungan mereka. Orangtua lebih cenderung laporan kualitas hubungan yang lebih besar, sementara anak lebih mungkin melaporkan menghubungi yang lebih besar dan pertukaran bantuan (Shapiro, 2004)

Penelitian lain telah mengatakan faktor-faktor penting berikut dalam hubungan anak orang tua-dewasa:
• Frekuensi dari menghubungi tidak faktor penting dalam hubungan yang memuaskan.
• Dukungan emosional penting dan dapat lebih signifikan dari apakah anak-anak dewasa memberikan dukungan keuangan (Houser dan Berkman, 1984)
• semangat para orang tua adalah lebih tinggi jika mereka merasa mereka dapat membalas beberapa membantu anak-anak mereka atau teman yang memberi mereka (Roberto dan scott, 1986; Stoller 1985)
• Meskipun jumlah menengah dukungan antargenerasi yang bermanfaat bagi orang dewasa yang lebih tua, dukungan berlebihan yang diterima dari anak-anak dewasa mungkin sebenarnya merugikan oleh menggerus perasaan kompetensi dan memaksakan tuntutan yang berlebihan pada orang tua di sana. Pada awalnya, dukungan dari anak-anak sangat dihargai oleh orang tua tua, tetapi dengan berjalannya waktu, dukungan yang lebih besar mulai menekan mereka dan membuat mereka merasa kurang baik dalam situasi mereka (Silverstein, chen, dan Heller, 1996)
• Memberikan perawatan ekstensif bagi orang tua sangat fungsional terjadi penurunan nilai menyebabkan stres ekstrim dan penderitaan bagi pengasuh. Komunitas layanan perawatan pribadi, perawatan hari, panti jompo, dan jasa ibu rumah tangga sering dibutuhkan.

KEHIDUPAN MENJANDA
Kematian pasangan merupakan salah satu peristiwa hidup yang paling traumatik pada usia apapun. Kehilangan pasangan yang kita cintai adalah pengalaman manusia yang paling menyakitkan dan stress. Sebuah kehilangan yang sangat dirasakan secara intrinsik terkait dengan gangguan identitas pribadi. Yang selamat ini sering berhadapan dengan masalah emosional, ekonomi, dan masalah fisik yang dipicu oleh kematian pasangan itu. Bagaimana seseorang berhubungan dengan tantangan penuaan tergantung pada faktor fisik, emosional, dan spiritual (Harris, Lampe dan Chaffin, 2004).
Orang tua, terutama para janda memiliki tingkat konsistensi yang tinggi untuk memiliki kontak dengan anggota keluarga lainnya, termasuk anak-anak yang sudah menikah. Biasanya, wanita yang sudah tua lebih dekat dengan anak-anaknya, terutama anak perempuan, dibandingkan dengan pria yang sudah tua. Namun, wanita lebih cenderung tergantung pada mereka untuk bantuan material.
Selain tekanan psikologis karena kehilangan suami dan kebutuhan untuk merekonstruksi sense of self yang baru, seorang janda harus memecahkan beberapa masalah praktis sehari-hari dalam kehidupan (DeGarmo dan Kipson, 1996). Masalah yang paling sering didapati adalah kesepian. Janda merindukan suami mereka sebagai sahabat dan mitra dalam setiap kegiatan. Masalah ini dititikberatkan jika wanita memiliki pendapatan rendah dan tidak mampu menangani situasi sosial di mana kebanyakan orang datang sebagai pasangan. Seorang janda juga umumnya mengalami frustrasi seksual. Jika janda mampu bersosialisasi dengan teman dan keluarga, tentu saja kesepian agak berkurang. Teman lebih penting daripada pasangan atau anak-anak dalam mengurangi pengalaman kesepian untuk orang dewasa yang lebih tua yang belum menikah (Hall-Eston dan Mullins, 1999)
Masalah kedua yang sering muncul pada janda adalah pemeliharaan rumah dan memperbaiki mobil. Janda muda juga memiliki masalah dalam pengambilan keputusan, membesarkan anak, dan pengelolaan keuangan. Janda dalam kelompok yang tua memiliki masalah seperti ketidaktahuan tentang keuangan, kurangnya transportasi, dan ketakutan akan kejahatan. Satu-satunya keuntungan dari janda, disebutkan oleh perempuan yang lebih muda, meningkatnya kemerdekaan. Namun, konsekuensi harian pada akhir-kehidupan menjanda adalah karakteristik individu yang dependent/bergantung, dyadic dan karakteristik antargenerasi orang dewasa yang lebih tua (UTZ, Reidy, Carr, Nesse, dan Wortman, 2004). Menjanda dapat dilihat sebagai proses yang dinamis dan proses berubah (Van den Hoonaard, 2001) yang bisa menjadi masa yang sangat bahagia dengan kehidupan yang penuh dengan pertumbuhan pribadi.
Masalah Keuangan mewabah dalam kehidupan janda dan duda. Dalam setiap kategori umur, bagaimanapun, janda memiliki pendapatan lebih rendah dari duda dan sering mengalami penurunan yang signifikan dalam standar hidup ketika suami mereka meninggal. Banyak pendapatan janda berkisar sekitar garis kemiskinan, naik atau turun selama bertahun-tahun setelah kematian pasangan mereka. Bahkan dengan jaminan sosial atau pensiun, banyak janda yang menghadapi tantangan ekonomi.
Keluarga dan hubungan membawa kegembiraan dan kebahagiaan, tetapi tidak tanpa penyesuaian, tantangan, dan stres. Seorang individu yang melewati tahapan-tahapan siklus kehidupan, mereka pasti akan membuat kesalahan, tetapi mereka juga akan mendapatkan perspektif dan kebijaksanaan.

PEMELIHARAAN KESEHATAN JANGKA-PANJANG
Isu-isu ekonomi pada orang-orang tua sering menjadi isu-isu ekonomi pada orang paruh-baya dimana keluarga yang bertanggung jawab terhadap perawatan masa tua. Banyak anggota keluarga yang menjalani hidup dengan baik hingga memasuki ke usia delapan puluhan dan sembilan puluhan mereka akan menderita masalah kesehatan yang kronis dan ketidakmampuan/cacat disertai dengan meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan resep obat-obatan. Selain itu, banyak orang tua tidak dapat secara ekonomis menyediakan secukupnya untuk diri mereka sendiri karena dana pensiun yang tidak memadai, terbatasnya Jaminan Sosial, utang konsumen yang tinggi, dan kurangnya jumlah uang tabungan. Orang-orang yang miskin dan berjuang secara finansial di usia pertengahan, seperti ibu-ibu tunggal, tentu saja, lebih rentan terhadap kemiskinan di kemudian hari.
Bogenschneider (2002) mengidentifikasi perawatan kesehatan jangka panjang sebagai salah satu isu kebijakan utama yang perlu diperdebatkan di milenium baru; ia mencatat bahwa “perawatan jangka panjang merupakan isu dalam keluarga karena empat dari lima lansia cacat hidup di masyarakat dengan mengandalkan bantuan dari keluarga dan orang lain, dengan tiga dari lima yang bergantung secara eksklusif pada bantuan yang belum dibayar yang biasanya dari istri dan anak perempuan”.
Pilihan lain untuk berurusan dengan meningkatnya biaya perawatan kesehatan mencakup pendidikan masyarakat dalam sepanjang rentang kehidupan dan pencegahan perawatan kesehatan, banyak penelitian yang lebih dalam mengenai biaya perawatan yg efektif, lebih banyak dukungan melalui keterlibatan keluarga, dan pelayanan keluarga yang dirancang lebih fleksibel untuk mengatasi keragaman kebutuhan sebagai keluarga menyediakan perawatan hari tua.